Kamis, 23 April 2015

Vaginaku di Santap Rico Dengan Bringas



Cerita Sex: Vaginaku di Santap Rico Dengan BringasCersex Cerita Sex, Cerita Dewasa, Cerita Mesum Terbaru – Cerita Sex: Vaginaku di Santap Rico Dengan Bringas – Namaku Anggi, umurku 22 tahun. Aku adalah seorang mahasiswi di salah satu perguruan tinggi negeri di Jogja. Saat ini aku sudah berada di tingkat akhir dan sedang dalam masa penyelesaian skripsi. Sebelum aku memulai kisah yang akan menjadi kisah indah bagiku, perkenankan aku mendeskripsikan diriku. Tinggiku 160 cm dengan berat 45 kg. Rambutku hitam panjang sepinggul dan lurus. Kulitku putih bersih. Mataku bulat dengan bibir mungil dan penuh. Payudaraku tidak terlalu besar, dengan ukuran 34 B.
Cerita Sex: Vaginaku di Santap Rico Dengan Bringas

Sebulan yang lalu, seorang laki-laki usia 28 tahun memintaku jadi pacarnya. Permintaan yang tak mungkin aku tolak, karena dia adalah sosok yang selalu ku impikan. Dia seperti pangeran bagiku. Badannya yang tinggi dan atletis serta sorot matanya yang tajam selalu membuatku terpana. Namanya adalah Rico, kekasih pertamaku. Rico sudah bekerja di perusahaan swasta di Jogja. Rico sangat romantis, dia selalu bisa membawaku terbang tinggi ke dunia mimpi.

Ribuan rayuan yang mungkin terdengar gombal selalu bagai puisi di telingaku. Sejauh ini hubungan kami masih biasa saja. Beberapa kali kami melakukan ciuman lembut di dalam mobil atau saat berada di tempat sepi. Tapi lebih dari itu kami belum pernah. Sejujurnya, aku kadang menginginkan lebih darinya. Membayangkannya saja sering membuatku masturbasi.

Hari ini (30 Maret 2010) tepat sebulan hari jadi kami. Rico dan aku ingin merayakan hari jadi tersebut. Setelah diskusi panjang, akhirnya diputuskan weekend kita berlibur ke kaliurang.

Sabtu yang ku tunggu datang juga. Rico berjanji akan menjemputku pukul 07.00 WIB. Sejak semalam rasanya aku tidak bisa tidur karena berdebar-debar. Untuk hari yang istimewa ini, aku juga memilih pakaian yang istimewa. Aku mengenakan kaos tanpa lengan berwarna biru dan celana jeans 3/4. Rambut panjangku hanya dijepit saja. Karena takut nanti basah saat bermain di air terjun, aku membawa sepasang baju ganti dan baju dalam. Tak lama kemudia Rico datang dengan mobil honda jazz putihnya. Ahh,, Rico selalu tampak menawan di mataku. Padahal dia hanya memakai kaos hitam dan celana jeans panjang.

“Sudah siap berangkat, Nggi?” aku pun mengangguk dan segera masuk ke dalam mobil. Perjalanan tidak memakan waktu lama karena jalanan masih cukup sepi. Sekitar 45 menit kemudian kita sampai di tempat wisata. Ternyata pintu masuk ke area wisata masih ditutup.

“Masih tutup, mas.. Kita jalan dulu aja ke tempat lain, gimana?” tanyaku
“Iya.. coba lebih ke atas. Siapa tau ada pemandangan bagus.”

Rico segera menjalankan mobilnya. Tidak begitu banyak pemandangan menarik. Begitu sekeliling tampak sepi, Rico memarkir mobilnya.

“Kita nunggu di sini aja ya, sayang. Sambil makan roti coklat yang tadi aku beli. Kamu belum sarapan, kan?”
“iya, mas.. Anggi juga lapar”

Sambil makan roti, Rico dan aku berbincang-bincang mengenai tempat-tempat yang akan kami kunjungi. Tiba-tiba…

“Aduh Anggi sayang, udah gede kok makannya belepotan kayak anak kecil,,,” ucapnya sambil tertawa. Aku jadi malu dan mengambil tisue di dashboard. Belum sempat aku membersihkan mukaku, Rico mendekat, “Sini, biar mas bersihin.” Aku tidak berpikir macam-macam. Tapi Rico tidak mengambil tisue dari tanganku, namun mendekatkan bibirnya dan menjilat coklat di sekeliling bibirku. Oooh,, udara pagi yang dingin membuatku jantungku berdebar sangat kencang.

“Nah, sudah bersih.” Ucap Rico sambil tersenyum. Tapi wajahnya masih begitu dekat, sangat dekat, hanya sekitar 1-2 cm di hadapanku. Sekuat tenaga aku mengucapkan terima kasih dengan suara sedikit bergetar. Rico hanya tersenyum, kemudian dengan lembut tangan kirinya membelai pipiku, menengadahkan daguku. Bisa ku lihat matanya yang hitam memandangku, membuatku semakin bergetar. Aku benar-benar berusaha mengatur nafasku. Seketika, ciuman Rico mendarat di bibirku. Aku pun membalas ciumannya. Ku lingkarkan kedua tanganku di lehernya.

Ku rasakan tangan kanan Rico membelai rambutku dan tangan kirinya membelai lenganku. Tak berapa lama, ku rasakan ciuman kami berbeda, ada gairah di sana. Sesekali Rico menggigit bibirku dan membuatku mendesah, “uhhhh…” refleks aku memperat pelukanku, meminta lebih. Tapi Rico justru mengakhirinya, “I love you, honey” Lalu mengecup bibirku dengan cepat dan melepaskan pelukannya. Aku berusaha tersenyum, “I love you, too”. dalam hati aku benar-benar malu, karena mendesah. Mungkin kalau aku tidak mendesah, ciuman itu akan berlanjut lebih. Aaahh,,, bodohnya aku. Rico lalu menjalankan mobilnya menuju tempat wisata.

Kami bermain dari pagi hingga malam menjelang. Tak terasa sudah pukul 19.00 WIB. Sebelum kembali ke kota, kami makan malam dulu di salah satu restoran. Biasa, tidak ada makan malam hanya 1 jam. Selesai makan, ku lihat jam tanganku sudah menunjukkan pukul 21.30

“Waduh, mas,,, sudah jam segini. Kos Anggi dah tutup, nih. Anggi lupa pesen maw pulang telat. Gimana, ini?”
“Aduuh,, gimana, ya?? Ga mungkin juga kamu tidur di kos mas.”
“Uuuh,, gimana, dong??”
“Udah, jangan cemas. Kita cari jalan keluarnya sambil jalan aja.”

Selama perjalanan aku benar-benar bingung. Di mana aku tidur malam ini??

“Sayang, kita tidur di penginapan aja, ya. Daerah sini kan banyak penginapan. Gimana?”
“Iya deh, mas.. dari pada Anggi tidur di luar”

Tak lama kemudia Rico berhenti di sebuah penginapan kecil dengan harga murah. Tapi ternyata kamar sudah penuh karena ini malam minggu dan banyak yang menginap. Sampai ke penginapan kelima, akhirnya ada juga kamar kosong. Tapi cuma satu.

Karena sudah hampir pukul 23.00 kami memutuskan mengambil kamar tersebut. Sampai di kamar, Rico langsung berbaring di kasur yang ukurannya bisa dibilang single bed. Aku sendiri karena merasa badna lengket, masuk ke kamar mandi untuk ganti baju. Selesai mandi, dalam hati dongkol juga. Kalau tau nginap begini, satu kamar, aku kan bisa bawa baju dalamku yang seksi. Terus pake baju yang seksi juga.

Soalnya aku cuma bawa tank top ma celana jeans panjang. Hilang sudah harapanku bisa merasakan keindahan bersama Rico. Selesai mandi, aku segera keluar kamar. Tampak Rico sudah tidur. Sedih juga, liat dia udah tidur. Aku pun naik ke atas kasur dan membuat dia terbangun.

“Dah selesai mandi, ya..”
“Iya,, mas ga mandi??”
“Ga bawa baju ganti ma handuk”
“Di kamar mandi ada handuk, kok. Pake baju itu lagi aja, mas”

Rico mungkin merasa gerah juga, jadi dia pun mengikuti saranku. Gantian aku yang merasa mengantuk. Segera ku tarik selimut dan memejamkan mata tanpa berpikit apa-apa. Baru beberapa saat aku terlelap, ku rasakan ada sentuhan dingin di pipiku dan ciuman di mataku. Saat aku membuka mata, tampak Rico telanjang dada. Hanya ada sehelai handuk membalut bagian bawah. Badannya yang atletis tampak begitu jelas dan penampilannya membuatku menahan nafas.

“Ngga dingin mas, ga pake baju. Cuma pake handuk” Kataku dengan senyum penuh hasrat.

Tidak ada jawaban dari Rico. Dengan lembut dan cepat di rengkuhnya kepalaku dan kami pun berciuman. Bukan ciuman lembut seperti biasanya. Tapi ciuman penuh gairah. Lebih dari yang tadi pagi kami lakukan. Lidah kami saling bermain, mengisap, “mmmm…mmm..”

Ku lingkarkan tanganku di punggungnya, ku belai punggungnya. Tangan kananku lalu membelau dadanya yang bidang, memainkan puting susu yang kecil. Gerakanku ternyata merangsang Rico, di peluknya aku lebih erat, ku rasakan badannya tepat menindihku. Rico mengalihkan ciumannya, ke telingaku, “aaah,,mmm,,”

Tangannya menjelajahi badanku, menyentuh kedua gunung kembarku. Di belainya dengan lembut, membuatku mendesah tiada henti

“aaah,,mm,, masss,,,uhh,,,” badanku sedikit menggeliat karena geli. Bisa ku rasakan vaginaku mulai basah karena tindakan tadi. Tangan Rico, kemudian masuk ke dalam tank topku, menjelajahi punggungku. Seakan mengerti apa yang dicari Rico, ku miringkan sedikit badanku dan ku lumat bibirnya penuh nafsu. Rico pun membalas dengan penuh nafsu dan tidak ada 1 detik kait BH lepas. Ku rasakan tangan Nico langsung kembali ke badanku dan mmbelai langsung kedua payudaraku.

“aaah,,,uhhh,,,”
“Sayang,,, tank topny dilepas, ya” ujarnya dengan nafas tersengal karena penuh gairah. Tanpa persetujuan dariku, lepaslah tank top dan juga BHku. Bagian atasku sudah tak berbusana. Rico langsung menikmati kedua payudaraku. Di remasnya payudaraku,,, membuatku menggeliat, mendesah,

“aaah,,sss…maass,,uhhh,,,,” Erangan dari mulutku tampaknya membuat Rico semakin bernafsu, dia kemudian mengulum dan mengisap pentil payudaraku, “aaaahh,,,,ohhh,,,,,mmmm,,,” aku mengerang, mendesah, menggeliat sebagai reaksi dari setiap tindakannya. Tangan kiri Rico membelai perutku dengan tangan kanan dan mulut yang masih sibuk menikmati payudaraku yang mengeras.

Ku rasakan tanga kiri Rico cukup kesulitan membuka celana jeansku. Ku naikkan pinggulku dan kedua tanganku berusaha membukan kaitan celana jeans dengan gemetar. Susah payah celana jeans itu akhrinya terlepas juga. Tanga kiri Rico tanpa membuang waktu langsung menyusup ke dalam celana dalamku, membelai vaginaku yang sudah basah, “aaahh,,,maass,,aah,,teruus,,ssshh,,mmmmm”

Kurasakan Rico menekan klitorisku, “aaahh,,,,” membuatku semakin mendesah dan bergetar. Apalagi Rico masih mengisap puting payudaraku. Tidak lama kemudian ku rasakan seluruh badanku terasa kencang, vaginaku mengalami kontraksi dan aku menggeliat hebat, “AAAHHH,,,,,,” sambil memegang pinggiran tempat tidur menyambut orgasme pertamaku.

Rico tampak puas dapat membuatku merasakan orgasme. Belum selesai aku mengatur nafas, Rico berada di antara kedua pahaku, dijilatinya kedua payudaraku, turun ke bawah, menjilat kedua perutku. Membuatku merasa geli penuh nikmat, “Oooh,,mass,,” Seakan tau apa yang ku inginkan, kedua tangan Rico melepas celana dalamku.

Tampakalah vaginaku yang memerah dengan sedikit rambut halus di sekitarnya. Rico kemudian memainkan lidahnya di vaginaku. Rico menjilati, mengulum vaginaku, membuatku menggelinjang hebat dan ku rasakan kedua kalinya, adanya kontraksi, “aaaaahh,,,,”. Aku orgasme untuk kedua kalinya. Sensasi yang sangat menyenangakan.

Rico belum puas dengan orgasmeku tadi. Setelah dia membersihkan vaginaku, bisa kurasakan lidah Rico menerobos masuk dan menyerbu klitorisku. Nafasku semakin memburu dan dari bibirku a terus mengalir alunan desahan kenikmtan yang tidak pernah ku bayangkan sebelumnya.

“Aahh,, mas,,aah,,uuhh,,, eeenaakk,,mmm,,sss”

Aku sangat menikmati oral yang diberikan Rico. Kurasakan dorongan lidah Rico lebih dalam lagi ke dalam vaginaku, membuat cairan dari dalam vaginaku terus mengalir tanpa henti. membuat Desahan yang keluar dari mulutku semakin kencang. Semakin lama Rico memberikan rangsangan di dalam vaginaku, membuatku menggeliat dan mengerang semakin kuat. Kurasakan lagi vaginaku berkontraksi, dan aku pun orgasme.

Setelah orgasmeku reda, Rico dengan wajahnya yang basah dan penuh gairah menindih badanku yang sudah telanjang bulat. Rico mengulum bibir dan lidahku. Tangan kiriku kemudian menarik handuk yang masih menutupi bagian bawahnya. Membuatku merasakan penisnya menusuk perutku, membuatku semakin bergairah. Ciuman kami semakin basah. Mulut kami terbuka lebar, bibir saling beradu.

Lidah Rico dengan lincah menelusuri bagian luar dari mulut dan daguku. aku pun membalas kelincahannya. Lidahku membasahi mulut dan dagunya. Setiap kali lidahnya menyapu permukaan kulitku, kurasakan api hasrat liarku makin membesar. Lidah kami akhirnya bertemu. Aku makin bertambah semangat dan terus mendesah nikmat. Tanganku menelusuri seluruh bagian dari punggungku. Rico membelai kepalaku dan tangan kirinya meremas-remas pantatku yang bulat.

“aaahh,, mass,,,”
Rico tiba-tiba menghentikan cumbuannya, “sayang… aku mencintaimu, aku ingin kamu seutuhnya” dan mencium lembut bibirku yang sudah basah. Aku sudah terlalu dipenuhi gairah karena segala tindakan Rico. Hingga rasanya bicara aku sulit. Kulingkarkan kedua lengaku di leher Rico dan kuhisap kedua bibirnya dalam-dalam sebagai jawabanku. Aku ingin segera menanggalkan keperawananku dalam pelukan Rico.

Rico mengalihkan ciuman bibirnya keleherku yang putih, menciuminya, menjilatinya, membuatku semakin terangsang. Kurasakan penis Rico mengusap vaginaku, membuatku semakin bergairah, apalagi kedua payudaraku yang sudah sangat mengeras dimainkan oleh Rico. Jilatan Rico dari leherku terus kebawah hingga lidahnya menyentuh ujung puting susuku yang makin membuat aku mengerang tak karuan, “aaahh,,,oohh,,,mmm,,aahh”.

Sementara puting susuku yang satu lagi masih tetap dia pilin dengan sebelah tangannya. Kemudian tangannya terus kebawah payudaraku dan terus hingga akhirnya menyentuh permukaan vaginaku. Tak lama kemudian kurasakan penis Rico tenggelam di dalam vaginaku setelah susah payah karena vaginaku yang sempit.

“Uuuh,,,aarggh,,,,” ku rasakan nyeri yang sangat hingga menangis.
“Sakit ya, sayang… sabar, ya.. Ntar juga hilang kok” Rico menenangkanku, sambil mencium mataku yang mengeluarkan air mata. Setelah kurasakan vaginaku mulai terbiasa dengan kehadiran penis Rico, Rico kemudian menggerakkan penisnya perlahan, keluar-masuk vaginaku. Semakin lama gerakannya semakin cepat dan membuatku mendesah nikmat.

Makin lama makin cepat, kembali aku hilang dalam orgasmenya yang kuat dan panjang. Tapi Rico yang tampaknya nyaris tidak dapat bertahan, semakin mempercepat gerakannya. Aku yang baru saja orgasme merasakan vaginaku yang sudah terlalu sensitif berkontraksi lagi..

“Sayaang,, aku sudah mau keluar, dikeluarin di mana?” tanya sambil terengah-engah.
“Di dalam saja, mass,,” Toh, aku juga dalam masa tidak subur. jadi buat apa dikeluarin di luar, pikirku.

Tak lama kemudian aku segera mengalami orgasme bersamaan dengan Rico. Ku rasakan semburan di dalam liang vaginaku yang memberikan kenikmatan tiada tara.

Rico kemudian merebahkan diri di sampingku dan memeluk erat tubuhku. Tubuh mungilku segera tenggelam dalam pelukannya. Tangan Rico dengan lembut membelai rambut panjangku, “Anggi sayang… Selamanya kita bersama ya, sayang.” dan ciuman lembut, romantis mendarat di bibirku.

“Iya, mas..” ku cium bibirnya lambat tapi sesaat. kemudian ku rapatkan badanku ke badannya. Ku lihat jam di kamar menunjukkan pukul 01.00, mataku pun sudah lelah dan kami pun tidur dengan pulas.

Pagi menjelang, sinar matahari masuk ke dalam kamar melalu jendela dan membangunkanku. Ada sedikit rasa terkejut melihat wajah Rico karena baru pertama aku tidur dengan laki-laki. Tapi teringat kejadian semalam membuatku kembali terangsang. Perlahan, ku cium bibi Rico yang sedikit terbuka. Ternyata ciumanku membangunkan Rico yang kemudian membalas ciumanku dengan lebih bergairah dan menggigit telingaku.

“Selamat pagi sayangku, cintaku,,” ucapnya.
“Pagi,,,” ku cium lagi bibirnya dan tak lama kami pun saling mengulum bibir satu sama lai, dan memainkan lidah, menambah kenikmatan di pagi hari. Karena ingin sedikit iseng, ku lepas ciumanku

“Aku mandi dulu, ya…” belum sempat aku berdiri, baru duduk, Rico menarik perutku, menciuminya dengan lembut. Membuatku menahan keinginan untuk meninggalkan tempat tidur. “Nanti saja sayang..” Perlahan ciuman Rico dari perut naik menuju leherku, menjilatinya, membuatku mendesah nikamat, “aahh..mmm..”

Rico menjilati leherku dari belakang. Tangan kanannya meremas-remas payudaraku dan tangan kirinya menekan vaginaku. Ku rasakan jarinya masuk menyusuri liang vaginaku, memainkan klitorisku. Tak lama badanku pun menggeliat, pinggulku terangkat, dan orgasme pertama pagi itu datang.

Dengan lembut Rico memangkuku. Diletakannya aku di atas kedua pahanya. Kakiku melingkar di punggungnya. Kami pun berciuman dan Rico perlahan memasukkan penisnya ke dalam vaginaku. Rico kemudian memompa penisnya, membuatku menggelinjang penuh nikmat. Sambil memainkan penisnya, Rico menikmati kedua payudaraku yang mengeras.

“aaah,,aah,,aahh,,” semakin lama, semakin cepat, dan aku merasakan vaginaku kembali berkontraksi. Ku peluk kepala Rico dengan erat dan aku mengerang karena orgasme “Aaaaaaahhhh….” yang disusul dengan Rico yang juga mencapai puncaknya. Setelah itu kami bercumbu lagi beberapa saat kemudian baru mandi dan pulang ke kota meninggalkan seprei kamar yang basah karena cairanku dan Rico serta bercak darah pertanda hilangnya keperawananku.

Sebelum memulangkanku ke kos, kami mampir ke kos Rico untuk bercinta lagi. Sejak saat itu, setiap akhir minggu jika tidak ada kesibukan kami pasti check in di hotel untuk bercinta.

Kapan-kapan aku akan membagikan kisah cintaku yang lain bersama Rico tentunya. Kalau ceritanya kurang merangsang maaf, ya.. maklum baru pertama.

Cerita Dewasa Memperkosa Gadis Cantik



Cerita Dewasa Memperkosa Gadis Cantik – cerita ngentot cewek cantik pake jilbab, Cerita mesum Menikmati desahan ABG Ayam Kampus gadis berjilbab berikut ini. Nurul adalah seorang gadis cantik yang sangat terkenal di kota Surabaya,ia tercatat sebagai mahasiswi angkatan 2003 di jurusan ekonomi universitas swasta yang terkenal. Ia benar-benar cantik dibalik jilbabnya, kulitnya yang putih mulus dan dandanannya yang selalu tertutup membuatnya tampak anggun. Banyak sekali sebenarnya lelaki yang naksir kepadanya, hanya saja jarang yang berani maju mendekatinya. Maklum saja selain ia berjilbab, ia juga cantik dan pintar.
Memperkosa Gadis Cantik
Cerita Sex Dewasa Memperkosa Gadis
Suatu hari, orang tua Nurul pergi ke luar kota, Sehingga saat itu, ia hanya sendirian di rumahnya yang besar. Iahanya ditemani oleh 2 orang pembantunya. Ketiga saudaranya kebetulan juga sedang pergi.Hari telah malam, Nurul masih membuka-buka buku kuliahnya. Ketika Nurul sedang asyik membaca, ia mendengar bel berbunyi, tetapi ia tidak mempedulikannya “Hmm, siapa ya malam-malam? Ah mungkin si Dede pulang, biar saja pembantu yang membukakan..”pikir Nurul dalam hati. Tidak lama kemudian Nurul terkejut mendengar suara ribut-ribut di ruang tengah seperti ada orang yang sedang berkelahi. Ia segera beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar dari kamar untuk melihat apa yang terjadi. Alangkah kagetnya Nurul saat ia membuka pintu kamarnya, ia melihat segerombolan lelaki tak dikenal sedang mengobrak-abrik ruangan tengah rumahnya sembari berteriak-teriak, mereka semua terlihat membawa samurai panjang yang terhunus.
Melihat itu Nurul mencoba masuk kembali kedalam kamarnya, tetapi terlambat seorang rampok segera menangkap Nurul dan membekapnya dari belakang untuk memperkosa cewek cantik tersebut “Mau kemana Kamu!Jangan macam-macam ya!!Nanti saya bunuh kamu…!!!” Bentak rampok itu. Nurul mencoba meronta dan berteriak minta tolong “Tolooong…toolooong…garooong..garooo..” PLAAAKK!! Tiba-tiba belum selesai ia berteriak, sebuah tamparan keras mendarat dipipinya yang mulus. “DIAM KAMU!! Atau saya gorok leher kamu!”Mendengar itu Nurul terdiam ketakutan.
Rampok itu segera mengikat tangan Nurul dengan seutas tali dan didudukannya Nurul dilantai dekat kamarnya. Para rampok itu segera sibuk menjarah segala yang berharga di rumah tersebut, mereka masuk kedalam kamar orang tuanya dan menjarah Handphone, jam tangan , perhiasan, dan sejumlah uang. Setelah beberapa saat, seorang rampok berteriak, “Mana harta yang laen? koq Cuma segini, masak rumah sebesar ini duitnya Cuma secuil?? Hei Non,mana uang yang laen?” Nampaknya mereka tidak puas dengan hasil jarahannya. “…Tidak tahu pak…tidak ada uang lagi…Cuma segitu..” jawabnya. “Yang benar saja kamu!!bohong ya!!jawab yang benar,mana uang kamu!!” Bentak seorang rampok tidak puas akan jawaban nurul. “Benar paak…tidak ada…orang tua saya lagi pergi..cuman ada segitu..” Rampok itu menghampiri Nurul dan berjongkok didekatnya. ” Jadi ga ada uang lagi?cuman ada segini?” Tanya rampok itu. Nurul hanya mengangguk pelan.“Teman-teman, denger!katanya cuman ada segini uangnya…dikit banget..percuma nih kita cape-cape cuman dapat secuil..” Temannya menyahutinya dengan jawaban-jawaban kasar,penuh makian. “Tapi ngga’ papa, supaya ga rugi, gimana kalo kita ganti dengan anak gadisnya ini? Kayaknya boleh juga nih…”kata rampok tersebut sembari memandangi Nurul yang ketakutan,”anak berjilbab pasti enak.” Semua teman-temannya yang berjumlah 7 orang berteriak setuju.
Mendengar itu,rampok tadi tersenyum dan berkata kepada nurul, ” Ya udah kalo gitu non, terpaksa non ganti rugi ke kita pake tubuh Non…” ujarnya sambil tersenyum dan membelai wajah gadis berjilbab yang cantik itu. Dipandanginya sebentar Nurul yang gemetaran ketakutan. “ Tapi kamu emang cantik..gua terangsang juga nih.Ngeliat wajah alim lu yang pake jilbab..” Rampok itu mulai menggerayangi dada Nurul yang tertutup jilbab itu. Nurul mencoba melawan dan meronta “Jangan pak…jangan…ampunn..jangan..aduuh..jangaaaaan paaak… ampuunnn…jangan perkosa saya..ampuun..!!!”tangis Nurul.
Mereka hanya tertawa mendengar tangisan Nurul dan membuat mereka semakin bernafsu. Rampok yang tadi terus menggerayangi payudara Nurul yang montok dan empuk yang tertutup jubah jilbab itu dengan kedua tangannya.Dengan penuh nafsu, ia meremas-remas susu yang tersimpan dibalik jubahnya selama 3 menit, lalu ia mencoba menyingkapkan bawahan jubah Nurul , sehingga terlihat paha mulus Nurul dilapisi stocking.
Perampok itu ternganga ternyata paha gadis berjilbab ini sangat padat dibungkus stocking. “ Gue ngaceng nih..” bisik salah seorang perampok. Rampok itu mengelus perlahan paha indah yang dibalut kaus kaki seperti stocking tersebut . kemudian ia membopong Nurul dan membawanya ke kamar ,lalu direbahkannya gadis malang itu di ranjang. Rampok yang lain pun turut serta masuk ke kamar,nampaknya mereka akan berpesta pora dengan tubuh seorang gadis cantik berjilbab. Seorang rampok yang berdiri di pinggir ranjang mulai membuka bajunya, terlihat tubuhnya yang berkulit hitam legam penuh dengan tato. Nampaknya ia adalah ketua gerombolan perampok ini. Kemudian ia perlahan naik ke atas ranjang dan merebahkan dirinya diatas tubuh Nurul yang tergolek tidak berdaya. Jilbabnya yang tersingkap sampai paha membuat perampok-perampok itu meneguk ludah.
Rampok itu mulai memeluk dan menciumi wajah Nurul Tercium olehnya wangi tubuh Nurul yang segar dan sungguh membuat nafsu bergejolak. Rampok tersebut semakin cepat mencumbu Nurul sembari tangannya terus menggerayangi dada dan selangkangan Nurul. Tidak lama kemudian, rampok itu tidak sabar lagi, dirobeknya jubah itu. BREEEEKK… ia sungguh-sungguh terpesona dengan pemandangan di depan matanya, Nurul ternyata tidak mengenakan BH, terlihat sepasang payudara indah milik seorang gadis alim yang cantik menjulang tinggi lengkap dengan pentilnya yang berwarna coklat muda.
Nurul hanya mengenakan CD G-string putih, sehingga sepertinya celana dalam itu hanya menutupi vaginanya dan pantatnya dibiarkan bebas terbuka, sungguh membuat semua rampok itu menelan air liur ingin mencoba tubuh gadis berjilbab itu.Kembali rampok itu beraksi, kali ini kedua payudara itu yang dikerjain habis-habisan.Diremas-remas,dipijat-pijat, bahkan ia sampai mencubit kedua puting mungil itu. Nurul hanya bisa pasrah menahan deritanya. Rampok itu melanjutkan aksinya dengan menciumi dan menjilat payudara Nurul mulai dari lembah sampai ke puncaknya.
Sampai di puncak,ia menghisap dan mengulum pentil itu dengan penuh semangat sampai terkadang saking gemasnya ia gigit pentil Nurul. Nurul hanya bisa melenguh dan mendesah menahan sakit dan nikmat tersebut .gadis berjilbab itu compang-camping ditindih perampok,meski hanya tersisa jilbabnya yang melekat dikepalanya. Puas dengan gunung kembar itu, rampok tersebut mulai berpindah sasaran kali ini ia segera melucuti celana dalam Nurul. Ia pun kembali terpana melihat vagina Nurul yang masih suci dan indah hanya ditutupi bulu-bulu halus, karena Nurul tergolong apik ia sering mencukur bulunya agar terlihat rapi. Tidak tahan lagi rampok tersebut segera ‘menyerang’ vagina itu dengan lidahnya Dibentangkannya kaki Nurul lebar-lebar, ia pun segera menukik menyerang selangkangan Nurul yang sudah ‘wide open’ itu. Lidah tersebut bergerak lincah ke segala arah menjelajahi vagina.
Permainan ituberlangsung kira-kira 5 menit, lalu rampok itu maju ke babak berikutnya. Kali ini giliran Nurul yang beraksi. Sang rampok menbuka celana dalamnya sendiri. Terlihat batang penisnya yang hitam berurat sudah benar-benar berdiri menunggu giliran, dikocok-kocoknya sebentar batang itu. Lalu diarahkannya ke wajah gadis ayu berjilbab tersebut. Digesek-gesekkannya batang penis itu di wajah alim Nurul. Nurul tidak bisa menolak, ia hanya pasrah membiarkan batang itu bergesekan dengan wajahnya.
Setelah itu sang rampok memaksa Nurul untuk membuka mulutnya.” HEH! Buka mulutlu !ayo isap!!..AYOO!!..” Nurul dengan perlahan membuka mulutnya,segera saja rudal rampok itu masuk kedalam mulutnya dan bergerak maju mundur di dalam mulut Nurul. “Hei ayo goyangin lidah lu,jilat dan isap penis gua!” Mendengar itu Nurul mematuhinya, ia mulai menjilat batang penis itu dengan perlahan. Rampok itu semakin cepat menggoyangkan pinggulnya di hadapan wajah Nurul, setelah puas, ia langsung mencoba menyerang bibir Nurul yang satu lagi yang berada di selangkangan. Nurul telah hampir telanjang bulat, jubahnya terbuka lebar dan setengah koyak,tetapi kepalanya masih tertutup jilbab. Diarahkannya rudal itu ke lobang kenikmatan. Agak sedikit susah karena lubang tersebut masih virgin, Tetapi akhirnya berhasil diterobos juga, penis hitam dan besar itu akhirnya berhasil keluar masuk di vagina Nurul.
Pertama-tama gerakannya perlahan tetapi lama kelamaan semakin cepat dan brutal, ia tidak mempunyai rasa kasihan kepada Nurul yang berteriak kesakitan karena dimasuki oleh penis yang begitu besar. ” Ah..Ah…ah..euh..eanaaak…ayo neng..terusss…enaaak…Wuuh..!” gumam sang rampok sembari memompa vagina Nurul. Sungguh pemandangan yang mengundang hawa nafsu, seorang gadis cantik berjilbab berkulit putih bersih dan telanjang bulat hanya sehelai jilbab yang menutupi kepalanya saja berada di posisi bawah ditindih seorang preman yang bertato.
Mendapat perlakuan itu Nurul hanya bisa menggeliat menahan geli dan rangsangan yang begitu hebat.Tetapi ia mencoba bertahan untuk tidak orgasme, walau dipompa sedemikian rupa oleh penis sang rampok. 20 menit kemudian, sang rampok tidak tahan lagi, akhirnya ia memuntahkan air maninya didalam vagina Nurul. “Euuuh….euuuhh….sssssttt…aaaah…gua ngecrotaaaah….enaaaak..”Gumam sang rampok sembari penisnya memuntahkan lahar putihnya itu. Tubuh sang rampok terlihat berkelejotan saat berejakulasi.. Nampak benar-benar nikmat sekali orgasme sang rampok Rampok itu masih terdiam di atas tubuh Nurul dan membiarkan penisnya tetap berada di dalam vagina Nurul untuk beberapa saat, Ia membiarkan sisa-sisa spermanya untuk keluar sampai tetes sperma terakhir, lalu ia mulai menarik keluar penisnya dari vagina Nurul, tampak penisnya yang sudah mengecil itu masih basah karena semprotan air maninya sendiri dan cairan vagina Nurul. Lalu ia memberikan kesempatan kepada teman-temannya yang lain. Rekan rampok yang lain bergerak maju,kali ini ia menyerang Nurul dari belakang. Disingkapnya jubah nurul yang menutupi bokongnya lalu diserangnya anus Nurul dengan gencar.
Posisi Nurul yang tinggal menggenakan jilbab sekarang seperti anjing yang sedang kawin..Rampok itu dengan kasar memasukkan penisnya ke lubang anus Nurul. Nurul hanya bisa mengerang kesakitan. Tubuhnya bergerak-gerak akibat hentakan sang rampok sampai-sampai payudaranya pun terbanting-banting akibat goyangan sang rampok.. Rampok tersebut memegangi kedua belah pantat Nurul agar tetap terarah sesekali ia tampar pantat Nurul seperti layaknya memecut pantat kuda. Goyangan sang rampok semakin cepat. Lalu ditariknya tubuh Nurul sampai punggung Nurul telah menempel di dada sang rampok. Sang rampok segera menggerayangi payudara Nurul dari belakang sambil ia menciumi leher yang sexy.
Kumis sang rampok yang tebal mencucuki leher Nurul, sehingga ia merasa geli. Nurul hanya bisa memejamkan mata menahan derita itu sambil sesekali merintih, dan mendesah sehingga desahannya semakin merangsang semua rampok yang ada dikamar tersebut “Euuh…aaaaaahhh periiih…aduuuhhh…ampuuunn..paaak…..”rintih Nurul. “AaaAhh..dikit lagi neeengg…ayoooo…sssstt.aaaahh..Oohhh..” Teriak sang rampok sembari goyangannya dipercepat, rupanya ia akan segera klimaks, tak lama kemudian ia akhirnya menyemburkan air maninya didalam lubang anus Nurul. Air maninya sangat banyak sampai menetes keluar menyelusuri anus dan paha . Rampok itu tersenyum puas akhirnya ia bisa merasakan tubuh seorang gadis cantik berjilbab yang sangat sexy bahkan anusnya lah yang pertama kali ditembusnya. Setelah itu kembali giliran rampok yang lain, kali ini ia memaksa Nurul untuk berlutut dan melayani penisnya dengan mulutnya. Penis rampok yang berikut ini sungguh besar dan sudah berdiri tegang. Nurul tak ada pilihan lain untuk melayani kemauan rampok itu.
Dengan ganas rampok itu menggoyang-goyangkan penisnya dimulut Nurul. Kali ini Jubah Nurul benar-benar telah basah oleh cairan-cairan mani.”Ayoo.sedoottt.. yang kencaaaaang… ayoooo!!!” Bentaknya sembari memegangi kepala Nurul yang mengenakan jilbab dan mengarahkannya maju mundur. Hentakannya sangat cepat sampai-sampai buah zakarnya memukul-mukul dagu Nurul. Tak sampai 10 menit ia pun tidak tahan lagi, sentuhan lidah dan bibir Nurul membuat penisnya ngaceng berat. Ia pun segera memuntahkan air maninya yang banyak di dalam mulut Nurul,
”Aaaahhh..enaaaaak….aaaahh…aaahhh…Ouhhh…Oouhh..ssstt..” Erangnya sambil menahan kepala nurul agar tidak lepas saat ia berejakulasi dan seluruh air maninya tumpah ruah di dalam mulutnya dan jilbab putihnya. Beberapa saat kemudian Nurul tidak tahan lagi, ia pun akhirnya hancur juga pertahanannya, akhirnya Nurul ejakulasi dengan deras, cairannya keluar sangat banyak karena ia sedari tadi menahan rangsangan yang ia terima. Peristiwa itu disambut para perampok dengan teriakan-teriakan tertawa membahana,bahkan tanpa rasa jijik seorang dari mereka menjilat cairan vagina Nurul. ”Sluuurrppp…sluuurrpp..hmmm..nikmaaat..rasanya air mani pertama gadis perawan..hahaha….” Para perampok tertawa puas,.Setelah puas menggarap Nurul,para rampok itu segera beranjak pergi sambil membawa barang jarahannya meninggalkan Nurul yang masih bugil terkulai lemas di ranjangnya yang penuh dengan bercak sperma dan darahnya. Dia hanya bisa menangis sesegukan meratapi nasibnya..Oh…mimpi buruk apa aku..isaknya.
orang tua memperkosa cewek imutcerita dewasa memperkosaceritagadisdiperkosagadisberjilbabbugilyou tube cerita dewasacerita foto memperkosa cewek cantikcerita dewasa memperkosa abgcerita saru memperkosa istri yang cantikCerita memperkosa tante cantikcewek mulus entot.

Cerita Ngentot Pembantu Nakal Montok



Cerita Dewasa ngentot pembantu Ini merupakan beberapa waktu yg lalu. Namaku Ian tinggal di salah satu kota besar di Jawa Barat. Yang kuceritakan disini adalah Cerita Ngentot Pembantu Nakal Montok kejadian waktu aku masih duduk di kelas 1 SMP. Keluargaku tinggal di sebuah komplek perumahan yang cukup jauh dari pusat kota, sehingga suasana antar warganya masih akrab dan cukup dekat satu sama lain.

Cerita Ngentot Pembantu Nakal Montok

Semuanya bermula ketika keluargaku menggaji seorang pembantu yang bernama Yeyen. Dia merupakan pembantu yang digaji perhari, banyak keluarga di komplek kami yang menggunakan jasanya. Suatu ketika, aku sedang memberi makan kucingku ketika bel pintu berbunyi, aku segera melihat siapa yang datang, ternyata Mbak Yeyen.
“Halo Ian, ada siapa di rumah?” tanya Mbak Yeyen.
“Oh Mbak, kirain siapa. Mama Papa kan jam segini belum pulang Mbak..” jawabku sambil mempersilahkan dia masuk.

“Oh gitu, kalo sendirian aja biar skalian Mbak temenin aja, kamu lagi apa?” tanya Mbak Yeyen lagi sambil langsung menuju dapur, aku mengikuti dari belakang sambil memandang pantat Mbak Yeyen yang montok dan aduhay. Hari ini dia memakai sweater hitam yang dipadu dengan rok coklat sepanjang betis.
“Ga lagi ngapa2in Mbak..” jawabku.
“Ya udah Mbak nyuci dulu ya.” katanya lagi.
aku hanya mengangguk dan pergi ke kamarku main Playstation.

Beberapa jam kemudian aku capek dan mulai tertidur. Tiba2 Mbak Yeyen masuk ke kamarku hanya dengan mengenakan handuk yang dililitkan ke badannya. aku terbangun karena suara pintu yang terbuka.

“Ian, mama kamu punya hair dryer nggak?” tanyanya, sambil mengacak2 rambutnya yang basah didepan cermin besar di kamarku.

“Mama sih punya Mbak, cuman Ian ga tau tempatnya dimana.” aku berbaring kembali. Mbak Yeyen memang biasa mandi dan makan di rumahku apabila orangtuaku sedang tidak ada, malah kadang2 dia membawa teman2nya untuk nonton DVD, masak apa yang ada di kulkas, hingga tidur2an di kamar Mama sambil ngegosip.
“Yah, kalo gini rambut Mbak bakal lama keringnya dong.”
aku tidak menjawab. Tiba2 Mbak Yeyen melemparkan tubuhnya ke ranjang, tepat disebelahku sambil tertawa.

“Uaah, Mbak ikut nungguin disini ya..” katanya. Lipatan handuknya terlepas tapi Mbak Yeyen tidak berusaha merapikannya. Payudaranya yang besar terlihat jelas. Aku bengong, soalnya baru pertama kali itu aku melihat payudara seorang wanita.
“Heh kamu ngeliatin apa?” canda Mbak Yeyen.

“Dadanya Mbak Yeyen gede..” ucapku polos.
“Bagus nggak? Kamu suka?” tanya Mbak Yeyen lagi. Tapi tanpa menunggu jawabanku tiba2 Mbak Yeyen mendekap kepalaku ke payudaranya sambil tertawa2.

“Nih Ian, isep..! Isep..!” candanya. Sementara aku tidak bisa bergerak karena Mbak Yeyen menindihku. Aku hampir tidak bisa bernapas. Mbak Yeyen terus membekapku dengan payudaranya, seringkali putingnya yang coklat dipaksakan memenuhi mulutku. Kira2 10 menit Mbak Yeyen berbuat begitu, aku yang tidak tahu apa2 bingung sendiri melihat Mbak Yeyen mulai keringatan dan napasnya terengah engah.

“Ian, buka bajunya dong!” kata Mbak Yeyen sambil berjalan menuju pintu dan menguncinya.

“Ian ga mau, malu sama Mbak!” aku mulai ketakutan karena tidak mengerti apa yang terjadi dan kenapa Mbak Yeyen berperilaku aneh. Aku melompat dari ranjang dan berlari menuju pintu, berusaha membukanya meski aku tahu itu percuma karena kunci pintu sudah disimpan Mbak Yeyen di atas lemari yang sulit kujangkau.

“Udah sini kamu!” bentak Mbak Yeyen sambil mengangkat tubuhku, aku hanya bisa meronta2 tak berdaya. Lalu Mbak Yeyen membantingkan tubuhku ke atas ranjang, aku sesak, tapi Mbak Yeyen tak peduli, dia langsung menindih kakiku tepat dilutut, celanaku dipelorotkan, bajuku dibuka paksa sehingga kancing2 bajuku berhamburan di lantai. Tiap kali aku mencoba bangun, Mbak Yeyen mendorongku kembali, malah kadang2 dia menamparku sambil membentak2 menyuruhku berbaring.

Aku ketakutan sekali sehingga aku pasrah dan hanya bisa menangis. Mbak Yeyen mengocok penisku dan kadang2 mengulumnya sampai keseluruhan penisku masuk ke dalam mulutnya, jari2 tangan kirinya bermain2 di vaginanya. Kira2 15 menit kemudian, dia berjongkok diatasku dan mulai mengarahkan penisku yang menegang ke dalam vaginanya. Aku benar2 bingung dan tidak mengerti apapun, yang kurasakan hanya kenikmatan yang luarbiasa ketika penisku masuk seluruhnya ke dalam liang vagina Mbak Yeyen.

“Ahh.. Ahh..” Mbak Yeyen mendesah sementara pinggulnya bergoyang2, kadang memutar, kadang naik turun. Tanganku ditarik sedemikian rupa sehingga memegang payudaranya.
“Cepetan remes..! Yang kuat remesnya tolol!” bentak Mbak Yeyen, aku sudah meremas sekuat tenaga tapi telapak tanganku tidak mampu menjangkau seluruh payudaranya. Plaak!! Mbak Yeyen kembali menamparku.

“Aaah.. Mau keluar niihh..!” Mbak Yeyen mempercepat gerakannya, badanku yang jauh lebih kecil dari Mbak Yeyen terombang ambing mengikuti gerakannya. Meski ketakutan, aku tidak bisa berbohong kalau rasanya nikmat sekali, seperti mau kencing tapi beda. Akhirnya aku hanya memejamkan mata ketika spermaku keluar. Mbak Yeyen menyadari aku keluar, dan dia makin mempercepat gerakannya sambil tertawa2.

“Oooh…! Hahaha enak kan? Aah…! Nnngh..! Mbak juga mau keluar..!” sehabis bicara begitu tubuh Mbak Yeyen bergetar dan sedetik kemudian dia mendesah kencang.
“Aaaahhh…!! Nikmatt..!” desahnya sementara tubuhnya berkedut2 mengejang.
Aku tergolek lemas saat Mbak Yeyen berdiri. Tiba2 dia berjongkok kembali tapi kali ini dia mengarahkan vaginanya ke wajahku.

“Aaah.., bersihin Yan, jilatin semuanya!” aku tak bisa lagi memberontak. Tangan Mbak Yeyen memegang kepalaku sementara vaginanya yang basah digesek2an ke mulut dan wajahku. Aku menangis dan berusaha menolak tapi tenaga Mbak Yeyen jauh lebih kuat. Dibekapnya mulutku dengan vaginanya sehingga aku kesulitan bernapas, tiba2 semuanya menjadi gelap.

Cerita Dewasa Selingkuhi Isteri Tetangga




Kisah Ngentot Selingkuhi Isteri Tetangga

Ini adalah sebuah kisah atau cerita dewasa menyelingkuhi isteri tetangga. Pengalaman ini terjadi sekitar tujuh tahun lalu. Saat itu aku masih bujangan dan tinggal bersama orang tuaku di kota X. Di sebuah kawasan yang tergolong padat penduduk. Jarak antara satu rumah dengan lainnya berhimpitan dan cenderung kumuh. Maklum kebanyakan yang tinggal dari kalangan ekonomi papan bawah.

Persis di belakang rumahku, tinggal keluarga Pak Wasjud. Pria yang berprofesi sebagai penarik becak ini hidup bersama Bi Nah istrinya dan anak bungsunya Karni yang masih balita. Sedang kedua anak mereka yang lain, Sri dan Drajat, telah merantau ke Jakarta dalam usia yang masih cukup belia.

Bi Nah punya usaha sampingan menjual kupon judi, semacam “Togel” yang populer sekarang ini. Hingga di rumahnya selalu banyak orang baik untuk merumus maupun memasang taruhan. Termasuk aku yang sering diminta untuk menulis dan mencatat taruhan pemasang dengan upah beberapa ribu rupiah. Sedang Pak Was, kalau sedang tidak narik becak lebih senang mabuk dengan Pak Dal, temannya yang berprofesi sebagai tukang kayu. Rumah Pak Dal berjarak sekitar delapan rumah dari rumah Pak Was.

Lama bergaul dengan keluarga Pak Was aku merasakan adanya keganjilan. Yakni soal hubungan Pak Dal dan Bi Nah. Keakraban keduanya, sepertinya tidak lazim. Di samping mereka sering ngobrol intim dan berbisik-bisik, beberapa kali aku memergoki tangan Pak Daliri meraba dan meremas pantat Bi Nah. Tentu saja saat Pak Wasjud tidak di rumah.

Saat itu usia Bi Nah menjelang 40 tahun. Memang sih wajahnya tidak tergolong cantik dan berkulit sawo matang. Namun dengan sosoknya yang tinggi besar dan berbuah dada menantang, wanita itu memang masih mampu menggetarkan syahwat laki-laki. Aku malah sering dibuat kelabakan bila melihat kancing dasternya yang terbuka mempertontonkan sebagian busungan payudaranya. Cara berpakaian Bi Nah memang sering sembarangan. Tetapi apa mungkin Pak Dal punya hubungan khusus dengan Bu Nah mengingat ia teman akrab Pak Was? Pikiran dan pertanyaan semacam itu sering melintas-lintas dalam anganku yang akhirnya terjawab juga.

Malam itu, sekitar pukul 22.30 WIB, terlihat Pak Was menaiki sepada onthel milik Pak Dal. Ia melintas melewati depan rumahku. “Mau kemana Pak?” sapaku. Ia berhenti, “Ini Rin mau beli sate dan anget-anget,” jawabnya. Lalu sebelum kembali menggenjot pedal sepada yang dinaikinya, “Nanti kamu ke rumah ya, ikut makan sate,” ujarnya lagi dan aku mengiyakan.

Aku senang dengan tawarannya itu karena memang sedang lapar. Tetapi kemana membeli sate dan minuman keras di malam selarut ini? Memang ada, tetapi jaraknya lebih dari tiga kilometer. Apa Pak Was harus pergi ke tempat sejauh itu? Ah, masa bodo yang penting kalau dapat bisa ikut makan.

Karena tawaran Pak Was, kendati aku yakin ia belum sampai, aku bermaksud ke rumah tetanggaku itu. Aku keluar lewat pintu dapur dengan membawa kunci agar mudah kalau mau pulang. Rumah Pak Was memang behimpit dengan pintu dapur rumahku dan hanya dibatasi lontrong sempit. Saat berada di lontrong kudengar suara mencurigakan. Suara mendesah Bi Nah yang diselingi suara lain dari laki-laki. Sepertinya suara Pak Dal. Arah suara itu datangnya dari kamar Pak Was dan istrinya.

Aku jadi ingin tahu. Bercampur kecurigaan yang selama ini kupendam, dengan berjingkat kudekati bagian kamar rumah Pak Was yang berdinding bambu. Aku merapat ke dinding. Jelas kudengar arahnya dari dalam kamar. Maka segera kucari lubang untuk mengintip yang tidak begitu sulit kudapatkan karena cukup banyak dindingnya yang berlubang.

Ah, benar seperti yang kukira. Bi Nah dengan Pak Dal memang selingkuh. Di kamar itu kulihat Bi Nah duduk di pangkuan Pak Dal yang terduduk di tepian ranjang. Keduanya sama-sama telanjang tanpa sehelai benang menutupi tubuh. Bahkan mulut Pak Dal tengah asyik mengulum dan menghisapi puting susu sebelah kiri Bi Nah. Sedang tangannya menggerayang dan meremasi yang sebelah kanan. Sesekali dipilin-pilinnya putingnya yang coklat kehitaman dan tampak mencuat.

Beberapa kali memang aku sempat melihat buah dada wanita itu. Tetapi hanya sebagian. Terutama bila ia tidak mengancingkan semua kancing dasternya. Terlebih bila di rumah, ia memang kerap tidak mengenakan kutang. Tetapi melihat keseluruhannya jauh lebih indah. Besar dan nampak masih kenyal. Pantas Pak Dal begitu asyik dengan mainannya itu sampai Bi Nah mendesah dan menggelinjang.

Jakunku turun naik dan degup jantungku kian terpacu saat Pak Dal mengganti permainan. Lepas dari buah dada Bi Nah, tangan Pak Dal merosot dan merayap ke paha dan selangkangan wanita itu. Bi Nah merenggangkan kaki. Seperti memberi kemudahan pada pasangannya untuk beraksi. Kini, kemaluan wanita itulah yang menjadi sasaran obok-obok tangan Pak Dal. Karena keterbatasan penerangan di dalam kamar, aku memang tidak bisa melihat secara detail bentuk kemaluan Bi Nah. Terlebih segera tertutup tangan Pak Dal yang mulai mengusap dan mungkin mencolek-coleknya. Namun sepintas, dari kehitaman yang nampak, aku yakin memek Bu Nah lebat tertutup oleh rambut yang tumbuh di sekitarnya.

Keseluruhan bangun tubuh Bi Nah memang aduhai. Setidaknya begitu pendapatku saat itu. Betapa tidak, postur tubuhnya tinggi besar montok dan berisi. Susunya juga besar, mengkal, meskipun agak turun. Serasi dengan pinggangnya yang ramping namun makin ke bawah makin membesar. Kakinya panjang indah menyerupai kaki belalang dengan paha yang nampak kekar. Ah, ingin rasanya aku jadi Pak Dal, bisa memangku dan mengusap apa yang ingin kupegang. Tak terasa kontolku jadi ikut tegang dan nafas menjadi tak teratur.

Bi Nah turun dari pangkuan Pak Dal. “Kang ayo kita mualai. Nanti Kang Was keburu datang lho,” kata wanita itu. Malam itu Bi Nah nampak lebih cantik dengan rambut panjangnya yang dibiarkan terurai. Biasanya rambutnya lebih banyak digelung.

“Ah, tidak mungkin Nah. Beli sate dan minumannya kan cuma di tempat biasa. Paling dia belum sampai ke tukang sate itu. Dan katanya kamu mau ngemut iniku?” Pak Dal menjawab sambil menunjukkan kontolnya yang mengacung di selangkangannya. Ternyata punya Pak Daliri tidak besar-besar amat. Hanya ukurannya memang cukup panjang. Namun, dibandingkan dengan milikku, aku yakin masih kalah jauh. Punyaku, di samping berukuran besar, pernah kuukur diameternya sampai 5 CM lebih. Panjangnya juga mendekati 20 CM. Mungkin karena tubuhku yang bongsor.

“Ah besok saja. Takut Kang Was keburu datang. Makanya kalau mau diemut tidak usaha gerayangan dulu jadinya lama. Dan lagi aku sudah pengin,” ujar Bi Nah. Ia naik ke ranjang dan langsung tiduran mengangkang. Melihat lawannya sudah bersiap Pak Dal tak bisa menolak. Disusulnya Bi Nah dan langsung menindih wanita itu. Untung posisi tidur mereka persis membelakangi tempatku mengintip. Hingga aku bisa melihat semuanya, seperti close up yang sering tampil dalam film BF yang pernah kutonton.

Meski tak cukup jelas terlihat, kulihat penis Pak Dal dengan mudah menerobos masuk ke lubang vagina Bi Nah. Lalu seiring dengan pantat Pak Dal yang mulai naik turun, penisnya menjadi terayun keluar masuk dalam lubang memek itu. Penis Pak Dal nampak mengkilat, mungkin karena terlumuri cairan yang ada di dalam liang sanggama pasangannya. Keduanya nampak mendesah, menikmati permainan yang tengah dilakukannya. Sambil terus mengayun pantatnya, tangan Pak Dal tak henti bermain di payudara istri Pak Was. Sesekali tangan Bi Nah meremas pantat Pak Dal dan mencoba menekannya. Mungkin agar hunjaman penis pasangannya masuk lebih dalam.

Permainan menjadi semakin panas ketika kulihat pinggul Bi Nah mulai bergoyang. Goyangan pinggul dan pantatnya nampak memutar berirama. Ia bergoyang sambil merintih dan mendesah. Tak urung aku jadi makin terpengaruh. Sambil terus menatap ke dalam kukocok dan kuremas-remas sendiri kontolku seraya membayangkan nikmatnya digoyang istri Pak Was.

Pengaruh goyang pinggul Bi Nah rupaya juga berimbas pada Pak Dal. Pria itu mulai merintih-rintih dan tusukan kontolnya pada memek pasangannya menjadi kian cepat. Akhirnya, tubuhnya mengajang dan ia melenguh panjang. Rupanya ia telah mendapatkan puncak kenikmatannya. Dan itu bersamaan dengan keluarnya mani dari kontolku yang membaur dengan rasa nikmat yang ikut kurasakan. Sedang Bi Nah yang terus menggoyang tubuh bagian bawahnya, setelah sesaat mengejang dijambaknya rambut kepala Pak Dal. Kepala pria pasangannya itu dibenamkannya ke payudarannya untuk akhirnya sama-sama terdiam dan ambruk dengan peluh berleleran di sekujur tubuh mereka. Suasana terasa hening sesaat.

Bi Nah yang telah turun dari ranjang memungut dasternya yang teronggok di lantai. Namun Pak Dal berusaha mencegah. Pantat besar wanita itu diremasnya dan berusaha ditariknya mendekat. “Sudah ah, nanti gampang diulang lagi. Dan jangan lupa ya janjimu untuk membelikanku cincin,” kata Bi Nah sambil keluar dari kamar. Mungkin ke kamar mandi membersihkan diri. Sedang Pak Dal, dengan ogah-gahan turun dari ranjang dan kembali mengenakan pakaiannya.

Aku tidak langsung masuk ke rumah Pak Was kendati kudengar Bi Nah dan Pak Dal telah bercengkerama di ruang depan dengan pintu yang sengaja dibuka. Kutunggu Pak Was diujung jalan, baru bersama laki-laki itu aku masuk menemui pasangan selingkuh yang baru menikmati indahnya sorga dunia. Aku bersikap seolah tidak mengetahui apa yang telah terjadi hingga Bi Nah dan Pak Dal tidak curiga. Hanya, aku sering tidak bisa mengalihkan tatapanku pada busung dada istri Pak Was. Pukul 02.00 dini hari aku keluar dengan Pak Dal yang mulai mabuk karena minuman keras yang ditenggaknya.

Pak Dal tidak hanya mendatangi Bi Nah saat suaminya beli sate dan arak. Tapi di siang hari, saat suaminya mencari penumpang bisa saja ia melakukannya. Sebab sebagai penjual kupon judi, rumah Pak Was selalu dikunjungi mereka yang hendak merumus dan menebak angka jitu yang akan dipasangnya termasuk Pak Dal. Bisa saja saat sepi mereka jadi punya kesempatan untuk melakukannya. Aku pernah melihat Pak Dal keluar dari rumah Pak Was suatu siang, namun saat aku masuk kulihat Bi Nah hanya membalut tubuh dengan kain panjang dengan rambut acak-acakan dan tengah bersiap mandi.

Mangintip kamar Bi Nah akhirnya menjadi kebiasaanku di malam hari. Memang tidak selalu kutemukan adegan wanita itu tengah bersenggama. Sebab bungan seks Pak Was dan istrinya tergolong jarang. Mungkin karena usia atau kerja keras yang harus dilakukannya. Tetapi kalau Pak Was beli sate atas perintah Pak Dal, dipastikan ada permainan panas dan itu telah kubuktikan lebih dari sepuluh kali dan menjadikanku kian terobsesi pada wanita setengah baya itu.

Suatu hari, seperti biasa semenjak sore aku membantu Bi Nah melayani pembeli kupon judi. Sampai akhirnya harus membuat rekapan angka-angka yang dibeli para pemasang. Namun hingga pukul 21.00 malam Pak Was tak kunjung datang. Padahal dia yang biasanya menyetor uang dan data rekapan pada agen. “Kok Pak Wasjud belum datang Bi?” Bi Nah tengah menidurkan Karni, si bungsu anaknya di kamarnya.

“Pak Was diajak Pak Dal nonton wayang. Paling mereka pasang judi kopyok sampai pagi. Nanti yang setor Bibi. Dibonceng kamu ya Rin pakai sepedanya Pak Dal?” Aku mengangguk. Inilah kesempatan itu, pikirku membathin. Ya kesempatan meminta layanan dari Bi Nah. Tetapi bagaimana caranya? Apa dia tidak marah? Sebab mungkin di matanya aku masih remaja ingusan kendati sosokku tinggi besar. Ah, yang penting aku berani menyampaikan, pikirku lagi tanpa terucapkan.

Dalam perjalanan pulang dari menyetor ke agen kupon judi aku sengaja memperlambat kayuhan pedal. “Kalau Pak Dal dan Pak Was nonton wayang jadi tidak ada acara makan sate ya Bi?” Ujarku memberanikan diri.

“Iya memang. Kalau kamu pengin sate, upahmu kan bisa digunakan untuk membeli beberapa tusuk. Nanti biar Bi Nah tambahi sedikit,” jawa Bi Nah, tak tahu arah pembicaraanku.

“Tetapi kan kurang asyik,” ujarku lagi.

“Kurang asyik bagaimana?”

“Kalau yang beli sate Pak Was kan aku bisa asyik nonton film BF-nya Bi Nah dan Pak Dal,” kataku lebih menegaskan.

Jleg! Bi Nah langsung turun dari boncengan tetapi sambil memegangi sepeda yang kukendarai. “Maksudmu soal film BF itu apa Rin, Bibi benar tidak tahu,” ujarnya keras. Ia agak panik.